Dagelan dalam Potret: Punk

Hilmy Fadiansyah
4 min readJun 14, 2024

--

Artikel merespon karya “aQyu in666iN ProTest” ini dirilis untuk fanzine Sleborz, di perayaan satu dekadenya. Saya belum kuasa untuk menulis obituari, tulisan ini menjadi “kerja sama” terakhir bersama Amenk.

Bagi Amenk, seluruh fenomena adalah ruang berkarya, ia dapat menyentuh hal terkecil dari keseharian yang sering kita temui menjadi perihal penting. Itulah Amenk, dengan karya-karyanya yang selama ini kita lihat. Dengan bensin dari tinta cina dan kertas, sudah banyak tercipta karya yang menjadi bahan obrolan banyak orang. Dari terbitan visual kantung kresek hitam–dengan sedotan dan lilitan karet, tentu saja –, biduan dangdut, pengendara ojek online menerjang banjir, Otong Koil jajan cuanki, Amenk merekam kejadian-kejadian tersebut menjadi visual yang menarik; menggelitik, slebor, sampai “kampring” mentok. Namun tak sedikit pula dalam kekaryaan yang ia gambar dalam konteks visual yang “serius”, contoh beberapa tangkapan visual anak yang berbakti kepada ibu, satgas covid saat pandemi melanda, sampai anak punk yang salim tangan kepada polisi (ini serius, ya).

Dari keseluruhan karyanya, tentu kita banyak mendapati hal-hal yang berbeda; keabsurdan, kenihilan, realita sosial, semua dilumat habis di setiap ilustrasinya. Pembacaan karyanya pun menjadi beragam, ada yang langsung merespon utuh dengan persepsi masing-masing, mengerunyutkan dahi terlebih dulu, sampai melihat berkali-kali detail dan simbol apa saja yang hadir pada karyanya. Tak lupa, semua itu berkat teks yang selalu Amenk hadirkan. Sama persis seperti visualnya yang kadang melankolis, ajakan orasi atau kata-kata nyeleneh yang sering didengar sehari-hari. Dengan cermat Amenk mengelaborasikan antara visual dan teks menjadi sebuah simbol yang utuh. Dari banyaknya karya yang sudah ia lahirkan, salah satu karya penting dan fenomenal tentu saja ilustrasinya yang berjudul “aQyu in666iN ProTest”. Sebelum melihat karyanya, bayangkan betapa blekok-nya judul tersebut. Coba saja kalian imajinasikan visualnya sambil bergumam kalimat itu.

aQyu in666iN ProTest — Amenkcoy (2013)

Banyak hal yang membuat karya ini menjadi sangat menarik, seorang punk rocker sedang menyoret di dinding, bersanding dengan pria yang memegang kamera untuk memotretnya, coretan yang ditulis yaitu “PEMERINTAH KONTOL”, luar biasa progresif, bold. Si “aQyu in666iN ProTest” sedang melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Jika ini adalah karya politis, Amenk telah benar-benar menyuarakan banyaknya keresahan dengan sangat telanjang. Bayangkan, tak ada sensor dalam penggunaan kalimat tersebut, “pemerintah” ditambah “kontol”, dua kata yang selalu hadir di setiap umpatan kepada para elit disana.

Tetapi inilah Amenk, selalu menyisipkan hal yang unik. Ada anomali dalam karya tersebut; si punk rocker dengan aksi vandalnya sambil dipotret oleh figur yang memegang handphone. Apa jadinya jika tak ada gambar orang yang memotret? Apakah semakin menegaskan posisi karya ini menjadi karya protes? Dengan judul “Aku sedang Protes”, bukan “aQyu in666iN ProTest”. Tulisan “pemerintah kontol” bisa jadi serupa gambar kelamin di tembok-tembok wc umum.

Disinilah letak menariknya, karya ini menjadi bahan guyonan dibalik kebenaran apa yang ditulis. Semua elemen yang terdapat dalam karya ini jika kita pisah satu-satu adalah entitas serius: punk, warga dan teks “pemerintah kontol”, ketiga elemen ini tak main-main jika diartikan oleh para pegiatnya masing-masing. Namun Amenk menggabungkan itu semua menjadi hal yang serius dalam “ketidak seriusan”, seperti cerita dalam majalah Mangle atau cerita Petruk dan Gareng. Karya ini melampaui eksplisit, pembacaan punk yang bisa jadi tidak punk, “kontol” yang bisa jadi tidak “kontol” atau protes yang tak benar-benar protes. Kecuali pemerintah, itu pembahasan yang berbeda, tak ada wilayah abu-abu untuk itu.

Dalam karya “aQyu in666iN ProTest”, seolah kita sedang ditertawakan olehnya, sebab kelakuan yang sehari-hari dilakukan. Figur-figur dan teks yang ada didalamnya menampar banyak pihak, dibalik gaya ilustrasinya yang terkesan humor, Amenk menyiratkan pesan sinis dalam presentasinya. Karya ini politis? Tentu saja, Amenk sedang memparodikan peristiwa? Jelas. Inilah aksi simbolik yang dipresentasikan oleh Amenk.

Jika Aminudin TH Siregar mengatakan “Seni adalah main-main dengan kesia-siaan”, yang menurutnya seni rupa di Indonesia adalah kesia-siaan yang agar kegilaan dinilai “kewarasan”. Yang dalam satu dasawarsa terakhir, karya seni rupa di Indonesia lebih banyak omong kosong ketimbang manfaatnya bagi kemanusiaan. Mungkin memang seni itu sendiri membatasi–atau terbatas–dengan kehidupan sosial secara langsung, seni tak pernah benar-benar dapat mengubah apa-apa secara objeknya, tak lebih dari pemantik.

“Seni Rupa Idiot” yang dikatakan Aminudin TH Siregar jika disematkan pada karya Amenk dalam “aQyu in666iN ProTest” adalah bentuk aksi langsung yang dilaksanakan olehnya. Ia sedang menertawakan “omong kosong” itu melalui visualnya, menertawakan semua elemen yang terdapat didalam karyanya, menertawakan orang-orang yang melihat juga menertawakan dirinya sendiri atas apa yang selama ini ia hadirkan kepada publik; melalui tagline kelas kakap, “Pemerintah Kontol”.

Bandung, 8 Desember 2023, saat tulisan ini dikirim.

Hilmy Fadiansyah

Untuk Amenk, seorang sahabat, kakak dan guru. Sang Bango yang sudah terbang dengan tenang. Hatur nuhun sagala rupina nya, Mang. Atos rengse sagala urusan di dunya, sing jongjong diditu. Kasono saya moal pareum, Hapunten saya, Mang Amenk. Pileleuyan

--

--